R.A. Kartini

R.A. KARTINI


Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat merupakan nama lengkap tokoh perempuan Indonesia yang biasa dikenal dengan sebutan R.A. Kartini. Beliau lahir dari keluarga golongan bangsawan Jepara. Ayahnya bernama Raden Mas Sosrinigrat yang seorang Bupati Jepara dan ibunya bernama M. A. Ngasirah yang merupakan putri dari seorang guru agama di Jepara. Beliau menjadi tokoh perempuan yang didesikan atas usahanya untuk memperjuangkan hak perempuan. Atas dedeikasinya tersebut, melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964, R.A. Kartini ditetapkan sebagai pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno. Hingga saat ini, setiap 21 April diperingati sebagai hari Kartini. (1)


R.A. Kartini dikenal akan kegighannya dalam memperjuangkan Pendidikan dan juga keadilan bagi perempuan. Tanda-tanda perjuangan untuk mempertahankan emansipasi perempuan dapat dilihat sejak masa kanak-kanak R.A. Kartini. Bagi anak-anak perempuan Jawa, pendidikan resmi di sekolah pada masa itu dianggap tabu, tidak dibenarkan oleh adat dan dicerca oleh masyarakat. Namun karena keinginannya untuk sekolah, Kartini kecil memberontak tradisi yang diskriminatif tersebut dan diijinkan oleh ayahnya. Mimpi Kartini untuk terus bersekolah tidak mudah karena masih terbentur oleh adat Jawa yang begitu kental kala itu. Saat berusia dua belas tahun, sesuai adat R.A. Kartini harus dipingit. Meeski begitu, R.A. Kartini tidak menyerah, beliau tetap belajar sendiri tanpa guru yang mendampingi. Selama masa pingit tersebut, R.A Kartini menuliskan surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. (2)


Kegelisahan yang Kartini rasakan sebagai perempuan itu pun ditulisnya dalam surat-surat, kemudian dikirimkan kepada kawan-kawannya yang terpelajar, salah satunya kepada Estelle "Stella" Zeehandelaar. Lewat surat itu, Kartini berkisah tentang keinginannya menjadi seperti kaum muda Eropa dan penderitaannya sebagai perempuan Jawa yang dikungkung adat sehingga tidak bisa berpendidikan tinggi, terpaksa dipingit, menikah dengan laki-laki yang tak dikenal dan terakhir: bersedia dimadu atau dipoligami.(3) R.A Kartini rajin berkirim surat pada usia 23 tahun. Surat- surat yang dibuat Kartini paling banyak dikirim pada Sahabatnya, Nyonya Rose Abendanon Mandri seorang isteri dari Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Belanda yang bernama J.H. Abendon. Beliau mempunyai peranan yang sangat penting dalam penerbitan pemikran-pemikran Kartini ke dalam sebuah buku.


Pada tanggal 12 November 1903 atas desakan ibunya RA Kartini melangsungkan pernikannya dengan Bupati Rembang Adipati Djojodiningratyang sudah memiliki tiga istri. Setelah menikah, Kartini kemudian pindah ke Rembang.Suaminya mengerti keinginan Kartini oleh karenanya ia diberi kebebasan dan didukung untuk mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintugerbang kantor kabupaten Rembang.Berkat perjuangannya, Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”.


Setidaknya kita dapat memetik beberapa buah hasil perjuangan dan pemikiran dari R.A. Kartini. Pertama, pemikiran-pemikiran Kartini dan pertentangannya dengan kondisi sosial pada waktu itu. Kartini menentang budaya Jawa yang dianggapnya sangat merugikan kaum perempuan Jawa pada khususnya. Emansipasi atau kesetaraan adalah hal yang menjadi pemikiran besarnya. Ia sangat menginginkan perempuan memiliki kesempatan memperolehilmu pengetahuan yang lebih luas. Hal ini ia buktikan dengan mendirikan sekolah perempuan.(4)


Kedua, pemikiran Kartini untuk menentang kolonialisme yang dilakukan oleh Belanda. Kartini sangat tidak sepakat dengan tindakan pemujaan-pemujaan terhadap Belanda oleh masyarakat pribumi. Kartini sadar bahwa apa yang dilakukan orang-orang Belanda terhadap pribumi tidak lebih dari proses pembodohan yang terus menerus dipertahankan. Terhadap suratnya kepada ny Abendanon disitu ia mengkritik bahwa penghambaan pribumi kepada Belanda adalah kamuflase agar pribumi menganggap Belanda itu baik, padahal dengan maksud menguasai pribumi agar mau tunduk terhadap Belanda dan melakukan apa saja yang disuruh Belanda. (4)


Ketiga, pemikiran Kartini untuk melakukan semangat perlawanan. Pada masa itu, mimpi yang ingin diwujudkan oleh Kartini sebagai perempuan yang mempunyai Pendidikan tinggi terhalang oleh Budaya yang sangat kental. Akan tetapi, semangat untuk meraih mimpinya tersebut terlaksana setelah Kartini menikah dan membujuk suaminya untuk mendirikan sekolah perempuan. Sekolah perempuan ini menjadi titik mula kesetaraan bagi perempuan untuk memperoleh Pendidikan.(4)




Referensi:

1. Nur Fitriatus Shalihah. Mengenal Raden Ajeng Kartini, Sosok, dan Perjalanan Hidupnya... Halaman all [Internet]. KOMPAS.com. 2021 [dikutip 5 Februari 2022]. Tersedia pada: https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/21/081918965/mengenal-raden-ajeng-kartini-sosok-dan-perjalanan-hidupnya

2. Edelweis Lararenjana. Sejarah 21 April: Lahirnya RA Kartini, Tokoh Pelopor Kebangkitan Kaum Wanita RI [Internet]. merdeka.com. 2021 [dikutip 5 Februari 2022]. Tersedia pada: https://www.merdeka.com/jatim/sejarah-21-april-lahirnya-ra-kartini-tokoh-pelopor-kebangkitan-kaum-wanita-ri-kln.html

3. Alexander Haryanto. Biografi RA Kartini: Kisah Pemikiran “Habis Gelap Terbitlah Terang” [Internet]. tirto.id. [dikutip 5 Februari 2022]. Tersedia pada: https://tirto.id/biografi-ra-kartini-kisah-pemikiran-habis-gelap-terbitlah-terang-gdd5

4. KSN R. R.A Kartini: Sebuah Pemikiran, Pertentangan, dan Perlawanan [Internet]. Konfederasi Serikat Nasional. 2017 [dikutip 7 Februari 2022]. Tersedia pada: http://ksn.or.id/r-a-kartini-sebuah-pemikiran-pertentangan-dan-perlawanan/